HOME .POLHUKUM .PENDIDIKAN .EKONOMI .KESEHATAN. SOSIAL BUDAYA. WISATA ALAM. KRIMINAL. PEMBANGUNAN.

Rabu, 13 Agustus 2014

INILAH KESAKSIAN POLISI PASCA-PENEMBAKAN DI LANY JAYA: “MEREKA SADISTIS DAN TIDAK MANUSIAWI” Penulis : Indrayadi TH on August 8, 2014 at 22:23:19 WP

Anggota Polres Lanny Jaya, Brigadir Polisi, Ronald Ohee (Jubi/Indrayadi TH)
Anggota Polres Lanny Jaya, Brigadir Polisi, Ronald Ohee (Jubi/Indrayadi TH)
Jayapura, 8/8 (Jubi) – Brigadir Polisi (Brigpol) Ronald Ohee, anggota  Polres Lanny Jaya yang juga saksi mata penembakan disertai pembantaian terhadap rekannya, Senin (28/7) lalu tidak bisa menyembunyikan kegundahannya. Ia masih masih ingat betul  peristiwa yang merenggut nyawa rekannya yang  dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di Lanny Jaya, beberapa waktu lalu. Menurut Brigpol Ronald Ohee, tindakan KSB itu sangat sadistis dan tidak manusiawi.
“Mereka membunuh rekan kami dengan cara yang tidak bererkemanusiaan. Setelah diberondong dengan tembakan, saya melihat dengan mata saya sendiri, mereka memotong seluruh jari tangan, telinga kanan kiri, dan hidung rekan kami Yoga,” kata Ronald  Ohee dengan mata berkaca-kaca, Jumat (8/8).
Peristiwa itu  terjadi saat Ronald  dan lima rekannya sedang melakukan patroli. Ronald  tidak menduga kelompok bersenjata sudah memantau mobil mereka dari atas gunung. Di saat ia dan rekan-rekannya melalui jalan tersebut, tiba-tiba kelompok bersenjata memberondong mereka.  Petaka  pun datang secara mendadak tanpa diduga.
“Mereka menembak kami berenam. Kami  tidak ada kesempatan untuk membalas tembakan,” tuturnya.
Ronald mengaku, saat peristiwa itu terjadi,Kampung Nambume, Distrik Pirime saat itu disinari matahari dengan hembusan hawa dingin alamnya, dari situasi menegangkan itu membuat seluruh anggota panik. Ronald bersama tiga rekannya berhasil lompat keluar dari mobil meninggalkan dua rekannya yang masih berada di dalam roda empat tersebut.
“Rekan kami yang tinggal di mobil, akhirnya kena rentetan tembakan dari kelompok bersenjata,” kata Ronald yang saat ini masih trauma jika mengingat kejadian tersebut.
Dia bersama tiga rekannya berhasil melompat ke jurang. Setelah beberapa menit dirinya melompat, ia  menoleh ke arah mobil. Ronald melihat sopir sudah keluar dari mobil dan jatuh ke jurang. Entah apa yang yang  ada di pikiran kelompok bersenjata itu, mereka kembali turun ke jurang untuk melihat rekan kami Yoga. Mereka kemudian mengambil rekan kami, lalu membantai rekan kami.
“Saat rekan kami dibantai seperti itu, saya sempat marah, tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa.  Saya saat itu dalam keadaan takut, karena jumlah mereka banyak,” tuturnya.
Menurut Ronald ia hanya bisa melihat rekannya mengalami nasib tragis dari kejauhan tanpa mampu memberi pertolongan. Maklum, jumlah kelompok bersenjata sangat banyak, mencapai sekitar  80 hingga 100-an  orang. Mereka bersenjata  organik dan rakitan menyisir ke arah jurang.

“Kami lari ke arah hutan tercerai bera. Saya bersama Alex Numberi, Malcon, dan Valdo berlari ke hutan untuk menyelematkan diri. Kami tidak tahu mau buat apa lagi. Yang terlintas di pikiran kami hanya lari menjauh dari tempat itu. Saat itu saya pegang senjata, sedangkan Alex tidak,” kata

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kita berdoa agar mereka sdr