HOME .POLHUKUM .PENDIDIKAN .EKONOMI .KESEHATAN. SOSIAL BUDAYA. WISATA ALAM. KRIMINAL. PEMBANGUNAN.

Rabu, 13 Agustus 2014

Nasehat dan Kritikan adalah Obat

pahitnya nasehat dna kritikan
Hanya orang terdekat yang akan peduli mmeberi "obat"
Ketika kita sakit, baik sakit dalam arti berbeda (Jiwa) maupun arti yang sesungguhnya (raga), tidak selamanya obat yang kita minum dapat menjadi penyembuh. Justru, tidak jarang, obat yang tidak diminum itu lebih mujarab dan menyembuhkan. Yaitu nasehat dan kritikan. 

Nasehat dan kritikan, tidak jauh berbeda dengan obat asli dalam bentuk pil atau tablet. Rasanya pahit dan bahkan lebih pahit. Tidak jarang, kedua jenis obat tersebut berefek pada bagian tubuh lainnya. 

Kadangkala, ketika nasehat dan kritikan datang, ego dalam diri menolak dan menganggap diri tak layak dinasehati apalagi di kritik. Merasa sudah sempurna dan perfect dalam menjalani kehidupan, sehingga nasehat dan kritikan dianggap racun bukan sebagai obat. 

Padahal, sebagian orang yang memberi obat itu adalah orang-orang terdekat yang peduli dan sayang. Jika orangtua tidak sayang pada anaknya, maka ia tidak akan memberi obat ketika buah hatinya demam. Jika orangtua tak cinta kepada anaknya, maka ia tidak pernah menasehati dan mengkritik kesalahan yang dilakukan anaknya. Karena kasih sayang itulah makanya orangtua selalu memberi obat dan "obat" tambahan dalam menjalani hidup. 

Obat memang berasa pahit dan terkadang membuat kita muntah. Begitu pula nasehat dan kritikan. Tidak jarang, kita memusuhi dan membenci orang-orang yang selalu memberi kritikan pedas (saking pedasnya, beribu liter air tak mampu menghilangkan rasa "pedas" tersebut). Ketika nasehat datang, sekonyong-konyong telinga merasa panas dan hati menjadi muak mendengarnya. Padahal kita tahu semua itu obat untuk kita lebih baik dan menjadi manusia yang "sehat". Tapi kita menolak dan membencinya. Justru yang timbul fikiran negatif terhadap orang yang memberi nasehat dan kritikan.

Pertanyaannya, apakah kita ingin sehat atau tetap sakit? 

Semua orang tentu ingin sehat. Jika tidak ingin sehat, ya sudahlah, jangan pernah minum obat. Siapa yang ingin hidup selalu dalam kesakitan?

Dari sinilah kita menjadi tahu. Siapakah sesungguhnya orang-orang yang berada di samping kita. orangtua ataupun sahabat. Mereka adalah orang-orang yang selalu siap memberi "obat" dalam kehidupan kita. Karena, tidak semua orang siap mengulurkan tangannya untuk memberi "obat". Justru sebaliknya, banyak orang lebih suka memberi racun daripada obat. 

Karena itu. Minumlah obat tersebut, sesakit dan sepahit apapun rasanya, kita harus menerimanya bila kita ingin kembali sehat dan "sehat". 

Tidak ada komentar: