Renungan Harian untuk Rumah Tangga / Wanita Kristen, Bahan Bacaan :
1. Efesus 5:22-24
2. Kolose 3:18
3. I Petrus 3:1-6
Dalam kehidupan kekristenan seorang wanita ada satu perintah yang sebenarnya sudah kita ketahui namun kita masih harus terus berjuang dalam melakukannya. Perintah itu adalah penundukan diri kepada suami. Tak dapat disangkal memang hal ini sangat sulit bagi kita sebagai seorang wanita juga isteri untuk melakukannya namun dibalik itu tersedia berkat yang besar dari Tuhan ketika kita bersedia melakukannya.
Dalam Efesus 5:22-24 di katakan bahwa :
1. Efesus 5:22-24
2. Kolose 3:18
3. I Petrus 3:1-6
Dalam kehidupan kekristenan seorang wanita ada satu perintah yang sebenarnya sudah kita ketahui namun kita masih harus terus berjuang dalam melakukannya. Perintah itu adalah penundukan diri kepada suami. Tak dapat disangkal memang hal ini sangat sulit bagi kita sebagai seorang wanita juga isteri untuk melakukannya namun dibalik itu tersedia berkat yang besar dari Tuhan ketika kita bersedia melakukannya.
Dalam Efesus 5:22-24 di katakan bahwa :
“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat taat kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.”
Selanjutnya pada Kolose 3:18 juga dikatakan :
“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”
Penundukan diri bukan berarti isteri berada di bawah posisi suami tetapi yang dimaksudkan disini adalah bahwa isteri rela menempatkan diri di bawah kepemimpinan suami. Namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali masing-masing pihak dipaksa untuk menundukan diri dan yang lain dipaksa untuk mengasihi. Itu sebabnya sering terjadi keributan di dalam keluarga bahkan tidak jarang berujung pada perpecahan di antara anggota keluarga.
Menundukan diri berarti mempercayai bahwa perintah yang diberikan Allah tersebut adalah baik adanya bagi kehidupan kita. Nah, bagaimana caranya agar kita dapat melaksanakan perintah Allah tersebut ??? Pasti lah kita menganggap hal itu berat, tapi dengan selalu melihat kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan maka Tuhan akan memberikan kita Hikmat dan kekuatan bagi kita untuk melaksanakan perintah Nya tersebut.
1 Yohanes 5:3 mengatakan : “ sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat. ”
Jadi kunci agar kita bisa melaksanakan firman Allah yakni penundukan diri kepada suami adalah:
1. Kita harus setuju dulu dengan Firman Allah bahwa kasih akan menolong kita untuk memiliki iman bahwa perintah Allah tidak berat. Sekalipun kita merasa sulit melakukannya namun jika kita memiliki sikap hati setuju dengan firman Allah maka ini adalah langkah awal yang baik untuk menjadi pelaku Firman.
2. Memiliki roh yang lemah lembut dan tentram. Lemah lembut yang dimaksud disini bukan gemulai melainkan sabar, tidak menuntut haknya dan mau mengalah. Sedangkan memiliki roh yang tentram artinya menyadari bahwa sebagai isteri kita adalah pembawa kedamaian.
Lakukanlah perintah Tuhan maka kita akan melihat ada anugerah Tuhan yang kita untuk melakukan fungsi kita sebagai isteri. Berkat di balik penundukan diri itu luar biasa, kita bisa melihat contoh pada sosok Sarah, isteri Abraham ( Kejadian 12:14-17) ketaatan Sarah membuat ia melihat pembelaan Tuhan dalam hidupnya, inilah mukjizat penundukan diri. Semakin kita tidak menundukan diri, kita tidak akan melihat mukjizat bahkan hati kita akan semakin pahit.
Walaupun suami kita belum hidup taat kepada firman Tuhan namun kita tetap wajib menundukan diri kita kepada suami, mengapa?? Supaya suami kita dimenangkan oleh perilaku kita dan bukan oleh kata-kata kita. Apabila suami kita taat pada firman Allah maka jadikan ia sebagai imam dan kepala rumah tangga yang saleh. Sebagai isteri kita harus terus menundukan diri dengan cara mendorong suami untuk hidup saleh.
Penundukan diri adalah jati diri seorang isteri, walaupun sebagai isteri kita hebat (tingkat pendidikan kita lebih tinggi dari suami, penghasilan kita lebih besar dari suami, jabatan kita lebih tinggi dari suami dll nya) tidak berarti kita yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga atau menjadi pemimpin suami. Tapi muncul pertanyaan, bagaimana jika suami bukanlah tipe pemimpin?? Kita harus tetap mengambil posisi di belakangnya untuk mendukungnya. Jati diri seorang isteri adalah menjadi seorang penolong yang sepadan bagi suami.
Jati diri kita sebagai wanita adalah sebagai tulang rusuk yang menuntut kita untuk tidak memberontak. Janganlah kita mempertahankan hak agar tidak muncul dosa pemberontakan, milikilah sikap sebagai seorang hamba.
Jika kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, inilah janji firman Tuhan : Jika kita menabur dengan mencucurkan air mata maka sesuai dengan janjiNya maka kita akan menuai dengan sorak sorai!Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar